SOREANG, (PR).-
Sedikitnya dua puluh bangunan liar semipermanen di Kampung Parunghalang, Kel. Andir, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, terancam digusur. Pembongkaran bangunan tersebut dilakukan agar pengerukan Sungai Citarum yang melewati kawasan tersebut bisa dilakukan.
Camat Baleendah Usman Sayogi J.B. mengatakan, pengerjaan pengerukan Sungai Citarum oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum dimulai dari bawah jembatan Citarum yang merupakan kawasan bottle neck. Pengerukan akan dilakukan melewati Kampung Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah hingga ke Kampung Parunghalang, yang berbatasan dengan Kec. Dayeuhkolot. "Untuk daerah Baleendah, panjang aliran sungai yang dikeruk mencapai sekitar tiga kilometer," ucap Usman kepada "PR", Rabu (21/7).
Menurut Usman, kegiatan pembongkaran bangunan untuk keperluan pengerukan aliran Sungai Citarum itu, akan secepatnya disosialisasikan kepada warga melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kel. Andir.
Dia berharap, warga bisa kooperatif karena tujuan pengerukan adalah untuk meminimalkan dampak banjir. "Kami sangat mengharapkan agar warga mengerti dan membantu kami, karena manfaat dari kegiatan ini akan dirasakan langsung oleh masyarakat," kata Usman.
Usman mengatakan, sebagian besar bangunan semipermanen yang ada di Kampung Parunghalang, sekarang ini digunakan sebagai gudang barang rongsokan dan tempat persinggahan. "Kami berharap agar kegiatan penertiban bangunan-bangunan itu bisa berjalan lancar," ucapnya.
Untuk keperluan pengerukan sungai yang dimulai pekan lalu, lima bangunan semipermanen yang dibangun di sempadan Sungai Citarum di Kampung Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah, sudah ditertibkan, Jumat (17/7). "Kegiatan penertiban bangunan liar di Cieunteung, berjalan lancar. Kami tidak menghadapi kesulitan karena bangunan yang ditertibkan berupa gudang barang-barang rongsokan atau tempat singgah," ucap Usman.
Di Kampung Cieunteung, pengerukan aliran Sungai Citarum juga diikuti oleh peninggian tanggul dan pembuatan badan jalan untuk mobilisasi alat berat. "Nantinya, mobilisasi eskavator tidak akan melewati jalan warga, tetapi lewat badan jalan yang sengaja dibuat agar tidak mengganggu masyarakat," ujarnya.
Terus berjalan
Usman mengatakan, salah satu kendala dalam pelaksanaan projek pengerukan Sungai Citarum adalah faktor cuaca yang sulit diprediksi. Sekarang ini, menurut Usman, masih ada hujan deras, sehingga kerap mengganggu aktivitas pengerukan. "Meski begitu, kegiatan pengerukan terus berjalan, karena kalau pekerjaan dihentikan dengan alasan curah hujan, pengerukan sungai tidak akan selesai ketika musim hujan datang lagi," katanya.
Menurut Usman, pihaknya berharap agar pengerukan bisa diselesaikan sebelum musim hujan, sehingga peristiwa banjir akibat meluapnya Sungai Citarum bisa diminimalkan. "Aliran sungai setelah dikeruk akan kembali lancar, sehingga dampak banjir di wilayah kami tidak seperti yang terjadi akhir-akhir ini," ucapnya. (A-175)***
0 komentar:
Posting Komentar