KONDISI bayi berusia lima bulan bernama Nani ini jelas berbeda jauh dengan bayi sebayanya. Terlahir tanpa tempurung (batok) kepala, tubuh anak kedua pasangan Ine (28) dan Dudung (29), warga RT 4 RW 9 Kampung Arjaya, Desa Sukanagara, Kec. Soreang, ini semakin susut. Nani pun hanya bisa berbaring.
”Saat lahir beratnya sekitar tiga kilogram. Sekarang belum ditimbang lagi, tetapi sepertinya kurang dari dua kilogram,” ucap Ine, ketika ditemui di rumahnya yang berlantai kayu, Selasa (18/5).
Akibat tidak memiliki tempurung kepala, terdapat benjolan berdiameter 20 sentimeter di bagian kepala Nani. ”Dari benjolan itu terkadang suka keluar cairan,” katanya.
Sejak lahir Nani tidak mengeluarkan suara ketika menangis. Kalau lapar atau minta susu, kata Ine, paling hanya bergerak-gerak. Mata kanannya terus menyipit karena tertarik kulit. Nani juga tidak mendapatkan ASI dari sang ibu. ”Sejak awal, ASI saya sulit keluar, makanya ia hanya minum susu formula,” katanya.
Ayah Nani, Dudung, mengatakan, saat berusia beberapa hari, anaknya sempat dibawa ke Rumah sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. ”Ternyata setelah dirawat empat hari di RSHS, meski sudah membawa kartu Gakinda, kami harus membayar sekitar Rp 10 juta untuk biaya operasi. Karena tak punya uang, kami memutuskan untuk membawa Nani pulang,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bandung Achmad Kustijadi kepada ”PR”, Selasa (18/5) mengatakan, Nani tercatat sebagai salah seorang pasien Gakinda dari Kab. Bandung. ”Secepatnya kami akan berkomunikasi dengan rekan-rekan di RSHS, apa permasalahan sesungguhnya yang menyebabkan Nani dipulangkan,” kata Achmad.
Menurut dia, biaya untuk pasien Gakinda memang dibatasi Rp 10 juta per orang per kasus. ”Namun, kalau memang pasien itu membutuhkan dana yang lebih, kami akan meninjau kembali. Besok (hari ini-red.) petugas Puskesmas Soreang akan mendatangi pasien untuk melakukan pemeriksaan,” ucapnya. (Endah Asih/”PR”)***
0 komentar:
Posting Komentar