Sebanyak 117 penduduk Kab. Bandung saat ini tidak memiliki rumah atau tunawisma. Berdasarkan hasil pencacahan sementara yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Bandung, sebagian besar penduduk yang tunawisma tersebut berada di Kec. Bojongsoang, yaitu sebanyak 44 orang.
Kepala BPS Kab. Bandung Soegiri Soetardi, ketika ditemui di kompleks Perkantoran Pemkab Bandung beberapa waktu lalu mengatakan, berdasarkan pencacahan yang dilakukan pekan lalu, ditemukan 117 tunawisma di lima belas kecamatan di Kab. Bandung.
"Para tunawisma tersebut pada umumnya memang berada di daerah-daerah yang perputaran ekonominya cenderung tinggi, seperti Bojongsoang, Dayeuhkolot, Cileunyi, Margahayu, Majalaya, dan Banjaran," katanya.
Menurut Soegiri, BPS Kab. Bandung menerjunkan 58 personelnya yang dibantu oleh aparat desa/kecamatan, untuk melakukan pencacahan di tempat-tempat publik yang berpotensi ditinggali oleh tunawisma, seperti di pasar, emperan toko, dan stasiun.
"Kecenderungan tahun ini, jumlah tunawisma di ketiga lokasi tersebut menurun drastis. Bisa jadi karena jumlahnya yang memang menurun, atau penjagaan di pasar dan stasiun semakin ketat, sehingga memperkecil akses tunawisma untuk bisa masuk," katanya.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Kota Bandung, kata Soegiri, jumlah tunawisma di Kab. Bandung terbilang kecil. "Biasanya, jumlah terbanyak memang ada di lokasi seperti di alun-alun. Akan tetapi, kami sudah melakukan penyisiran di alun-alun, seperti di Alun-alun Ciwidey, dan memang tidak ada," ucap Soegiri.
Dia mengatakan, pencacahan tunawisma hanya dilakukan sekali. "Kami mengikuti jadwal serentak dari pemerintah," ujarnya.
Menurut Soegiri, kesulitan dalam pencacahan terhadap tunawisma adalah pada upaya mencari keberadaan mereka. "Mencari mereka sangat sulit, karena sering berpindah tempat, sehingga tidak terduga. Mungkin itu sebabnya pencacahan terhadap para tunawisma dilakukan sekali, agar tidak ada pengulangan bila ternyata nantinya menemukan orang yang sama di tempat lain," kata Soegiri.
Bojongsoang
Di Kec. Bojongsoang, kata Soegiri, tunawisma terbanyak ditemukan di bawah jembatan tol Purbaleunyi. "Di sana banyak warga yang digolongkan dalam area abu-abu, karena mereka tinggal di rumah kardus dan beratapkan seng," katanya.
Untuk mencapai lokasi tersebut, petugas sensus harus menyusuri lorong-lorong gang. "Ternyata di tempat itu seluruh penghuninya adalah pengurus istal kuda yang digunakan untuk sarana transportasi antara Ciparay-Banjaran," ucap Soegiri.
Sensus tunawisma tersebut dilakukan sejak pukul 00.00 WIB hingga 6.00 WIB. "Kami juga bekerja sama dengan pengelola pasar dan stasiun, atau pengelola tempat-tempat publik lain untuk memudahkan pencacahan," ujarnya. (A-175)***
0 komentar:
Posting Komentar