Jumlah penderita HIV-AIDS di wilayah Kab. Bandung cenderung terus meningkat sehingga perlu penanganan lebih serius. Pada 2008, jumlah penderita HIV-AIDS di Kab. Bandung tercatat sebanyak 62 orang, sedangkan pada akhir 2009 bertambah menjadi 99 orang.
"Data tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kab. Bandung bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Bandung, dr. H. Achmad Kustijadi, M.Epid., ketika dihubungi "PR", Kamis (27/5).
Menurut dia, dari 62 penderita HIV-AIDS di Kab. Bandung pada 2008, sebanyak 44 penderita di antaranya laki-laki. "Sementar pada 2009, dari 99 penderita, sebanyak 51 orang di antaranya laki-laki. Yang lebih mengkhawatirkan, sudah ada delapan anak yang tertular karena ibunya menderita HIV-AIDS," katanya.
Untuk mengantisipasi kecenderungan meningkatnya penderita HIV-AIDS, kata Achmad Kustijadi, Dinas Kesehatan Kab. Bandung terus berupaya melakukan promosi, pencegahan, ataupun pengobatan. "Meski begitu, harus ada sinergi yang kuat dalam penanganan HIV-AIDS antara pemerintah, lembaga swasta, tokoh masyarakat, dan warga sendiri," katanya.
Sejumlah rapat koordinasi dengan puskesmas, lintas sektor, dan LSM juga digelar secara rutin untuk pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS. "Kami juga melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah untuk menyadarkan dan menghindarkan remaja dari ancaman HIV-AIDS," katanya.
Perlu RS khusus
Untuk menangani para penderita HIV-AIDS tersebut, Komisi D DPRD Kab. Bandung menyarankan agar ada rumah sakit umum daerah (RSUD) di Kab. Bandung yang membuka poliklinik khusus bagi penderita HIV-AIDS. Langkah seperti itu, kata Wakil Ketua Komisi D DPRD Kab. Bandung, sudah dilakukan di RSUD Wangaya, Denpasar, Bali.
"Rumah Sakit Wangaya sudah menyediakan poliklinik khusus bagi penderita HIV- AIDS. Pasien yang berobat tidak perlu mendaftar, tetapi langsung dilayani karena masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap penderita HIV-AIDS," kata Afendi.
Rumah sakit itu juga tidak menempatkan pasien HIV-AIDS pada ruang rawat inap khusus. "Pasien HIV-AIDS dan pasien lainnya mendapat perlakuan yang sama. Kalau ada pembedaan ruangan, justru akan membuat mental penderita HIV-AIDS semakin tertekanan," katanya. (A-71)***
0 komentar:
Posting Komentar